Anak Timur Tenggara
Kami
anak timur tenggara, Kami generasi yang lahir dari rahim bumi nusa cendana, wanginya
yang pernah berkelana hingga semenanjung eropa, kini sudah seperti cerita
dongeng saja, batang pohonnya banyak hilang dikuras portugis dan mener belanda,
yang pernah menjadi rival di tengah pribumi Flobamora, wangi cendana itu kini
coba kami pupuk kembali dalam setiap anakan yang masih setinggi terna, semoga
bisa kembali seperti dulu. Kami anak timur tenggara, di pekarangan kupang, kami
pemuda Flobamora sering berkumpul, menjadi mahasiswa, merajut asa, mengasah
tajam mimpi yang masih saja tumpul, sering kami bangun dari mimpi tidur panjang
malam, dan kembali bangun di sepetak kamar kos-kosan, saling bertukar cerita
seperti burung pagi hari sedang bersahut siul, cerita tentang kampung dan
halaman juga keluarga, tentang bapaknya yang nelayan yang menebar pukat di
lautan hingga bapaknya yang petani jagung yang sering memikul pacul. Dengan
ditemani kopi hangat, juga selipan rokok di celah jari dan di tengah pagutan
bibir, cerita kami terus berlanjut walau asap rokok terus mengepul. Cerita
tentang bapak kami, mereka adalah alasan mengapa kami pergi jauh dari kampung
halaman, merantau mencari peruntungan di tanah orang, karena dari setiap helai
benang pukat yang putus juga rapuh gagang kayu pacul semangat kami terus
berpacu memukul, hingga setiap dari generasi kami menjadi sosok yang muncul,
sebagai pion baru dalam hitam putih papan catur flobamora, dan sampai terngiang
di telinga bapak kami yang sedang sibuk dengan tebaran pukat dan ayunan bajak
pacul, mungkin kami sekelompok pemuda yang ingin seperti El Tari, Cak Doko,
Tompello, hingga Ben Mboy, yang telah punya nama, seperti sudah berdiri di atas
puncak Mutis, dan kami persis dari kakinya keras berteriak lirih, tunggu di
atas sana kami siap menyusul. Biarlah cerita kami terus berlanjut, sampai gelap
menjemput senja pergi dari sini dan tenggelam dalam malam pekat, dan kembali
lagi dalam mimpi panjang malam kami, karena kami anak timur tenggara yang dalam
gelap malam tak pernah mau sesat, cerita kami seakan tak pernah mau berujung
hingga tamat, seperti candu dari setiap tarikan rokok di bibir kami yang agak
hitam sedikit kalat, kami hanya ingin bisa menuai mutiara di hitam kedalaman
Sawu, sampai asin lautan Sawu buat semangat kami jadi sedikit berkarat, asal
kami tak sesat dibuai kesenangan sesaat. cerita panjang tak berujung yang di
tengahnya ada rasa hormat saling menghargai, terselip dalam setiap sahutan
cerita, bersama sapaan singkat dengan kedalaman makna, seperti Ama kepada Eja,
To’o kepada Mo’at, hingga Umbu kepada Karaeng dan seterusnya, karena kami anak
timur tenggara, punya ragam budaya yang dalam gelanggang flobamora penuh pertunjukan,
seperti paus dari luas lautan nagi, komodo dari tanah karaeng, hingga kuda
pasola dari tanah sumba dengan indah gemulai menari di bawah rindang pohon
kenari diiringi petikan dawai musik sasando bersama nyanyian bolelebo. karena kami
anak timur tenggara yang lahir dari perempuan hebat, mama kami yang dari pecah
telapak kakinya banyak bercerita tentang ia yang seperti pendekar, bersayembara
menyusuri hutan belantara mencari batang-batang sagu, dan dari tangan lihainya
disulap menjadi bulir-bulir sagu, karena dari setiap suapan kasih sayang
bersama bulir sagu dari tangannya, semangat kami terus tumbuh subur,
bulir-bulir sagu yang kini sudah menyusun setiap dari mimpi-mimpi kami. Karena
kami anak timur tenggara, coba capai mimpi dari tiap anak tangga, dan bawa
mimpi kami gagah berdiri di atas menara, dari ketinggian sana bisa pancarkan
cahaya maslahat di semenanjung ibu pertiwi. Karena kami anak timur tenggara,
karena kami anak nusa lontar, karena kami anak nusa cendana, biar perawakan
kami di tanah jawa di sebut rakat, kami mau terus maju, kami hanya ingin tumbuh
subur bersama anakan cendana yang masih setinggi terna, yang di setiap akarnya
aliran air hujan dapat tertambat, dan panas kering sengsara menjadi tamat, dan kami anak timur tenggara, dari ufuk timur
tenggara indonesia raya dapat bersorak sorai berteriak sumber air su dekat. . .Sekarang
su bisa bantu mama kasi mandi ade.
Sesungguhnya Aku Sebenarnya Beta |
Komentar