Waktu



WAKTU

“ Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam  kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan saling  menasihati dalam  kebaikan  dan kesabaran”         (Q.S. Al-Asr, Ayat 1-3).

Detak detik menjadi menit, 60 menit menjadi hitungan jam, lalu satu hari berlalu dalam akumulasi 24 jam, 7 hari dalam seminggu. 30 hari dalam sebulan, lalu terhimpun begitu saja menjadi kisah setahun. 12 bulan 365 hari. Sederetan rentetan waktu yang sudah banyak dipahami khalayak. Semua cerita terhimpun didalamnya. Disetiap etapenya. Tentang tawa bahagia dan air mata, tentang cinta dan cita-cita, itu semua kebanggaan dan kenangan.

Rentetan keterangan waktu. Hari, bulan dan tahun. Semua itu apa pentingnya bagi kita?. Bahkan waktu sendiripun tak pernah peduli tentang semua itu, ia hanya akan terus menjalankan kodratnya, tak peduli apa yang sedang terjadi. Kesdihan dan kebahagiaan, kegagalan atau keberhasilan, ia (waktu) tak mau tahu. Waktu hanya terus menjalankan tugasnya. Seperti biasa. Sewajarnya. Mengantarkan manusia pada takdir,  meraih kesempatan demi kesempatan.

Deretan rentetan waktu jelas penting bagi kita. Manusia. Tidak untuk waktu. Karena manusia sudah kodratnya sebagai makhluk yang selalu dibatasi ruang dan waktu. Bukan manusia yang membatasi waktu. Jika sampai hari ini  maut menjemput, perjalanan kita di bumi terhenti, lalu harapan pun ikut mati, tapi waktu tidak. Sekali lagi tugasnya hanya mengantarkan manusia pada takdirnya.

Waktu terus bergerak, Seiring gerak rotasi bumi pada porosnya, sehingga kita betul mengetahui pergantian siang dan malam, tahu tentang terang dan gelap, tahu kapan matahari akan terbit dan terbenam, tahu kapan hari akan menyongsong malam, langit hitam dengan rembulan bersama bintang gemintang berserakan. Ia terus berputar. Mengantarkan bumi mengitari matahari, lalu terjadilah perubahn musim dan cuaca dalam hitungan 365 hari. Ia lah waktu, tetaplah waktu yang terus berjalan.

Sekali lagi, Rentetan keterangan waktu  jelas penting bagi kta. Manusia. Sebagai makhluk ulul albab. Berakal. Kita jelas mampu melakukan refleksi diri. Mengingat dan mengenang suatu kejadian dengan penuh perasaan. Hari, tanggal, pekan, bulan dan tahun, Rentetan waktu ini mempermudah kita menggambarkan dengan jelas kapan terjadinya suatu kenangan. Semuanya. Lahir pada oktober 1994, lulus sekolah dasar pada tahun 2006, SMP pada tahun 2009, Tamat SMA di tahun 2012, serta menyelesaikan study perguruan tinggi pada tahun 2015. Bahkan bukan saja peristiwa formal dan normatif. Akan tetapi kejadian-kejadian konyol dan banyak hal lainnya. Jatuh cinta pertama kali sampai kapan terakhir kali merajut asmara, dan lainnya. Semua situasi dan kondisi juga ikut tergambar jelas, sebagai bahan referensi dalam refleksi diri. Semua jelas. Indah terbuka dalam arsip memori setiap orang. Karena semua yang telah berlalu  amat terlalu berharga untuk dilupakan begitu saja. Itu kenangan, kebanggaan dan pelajaran.

Jika sudah menyinggung tentang refleksi diri. Menghisab amalan-amalan sendiri, maka akan muncul beberapa pertanyaan berikut. Apakah kita sudah pernah melakukan refleksi diri? Menghisab amalan-amalan kita? Kapan terakhir kali ?, apa setiap saat? Seminggu? Sebulan? Mungkin setahun sekali? Apakah sudah dilakukan dengan benar?. Jiak demikian pertanyaannya, maka jawabannya adalah beberapa pertanyaan ini pula. Siapa kita hari ini? Apa yang kita refleksikan? Apa yang kita dapatkan? Kesombongan ataukah hikmah? Apa yang kita rasakan? Kebanggaan atau rasa bersalah pada diri sendiri?. Hari ini minimal kita adalah orang yang sedikit lebih baik dari hari kemarin. Sedikit saja. Lebih baik dalam cara berpikir dan tata sikap. Rugilah orang yang hari ini keadaan pola pikir dan sikapnya masih saja sama  atau bahkan mungkin lebih buruk dari hari sebelumnya. Karena kata orang bijak, sebaik-baiknya manusia adalah yang mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Waktunya tidak berakhir sia-sia. Harus ada perkembangan dan nilai tambah di setiap jenjang kehidupan.

Jika di Saudi Arabia, waktu adalah pedang. Di Amerika waktu adalah uang. Maka di Indonesia waktu adalah pegas. Benarkah?. Dinegeri ini kita tidak pernah mendengar suatu sapaan. Slogan atau semboyan penyemangat untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Mungkin ada benarnya juga, di Indonesia waktu adalah pegas. Atau jam karet lebih tepatnya. Fleksibel. Lentur. Ini sebenarnya kesalahan. Kesalahan yang yang dibiasakan lalu menjadi budaya. Karena dianut setiap generasi. Menunda waktu berarti kita mengabaikan satu kesempatan. Sia-sia. Rugi.

Saudi Arabia, jika benar adanya, katakanlah semua orang disana benar menyia-nyiakan waktunya, maka akan banyak orang yang mati ditebas pedangnya sendiri, lalu di Amerika, seluruh negeri akan jatuh miskin. Melarat dan sengsara. Di negeri seberang, slogan tentang waktu cukup mengancam dan beresiko. Jika demikian , maka cukuplah, mulai hari ini kita mulai mengubah pegas waktu di Indonesia, dengan slogan “waktu adalah kebaikan”. Sederhana tak ada ancaman dan konsekuensi yang mengintimidasi. Satu semboyan dengan cara berpikir yang berbeda . melihat dari sisi yang lain. Outcame positif yang akan kita semai. “Waktu dalah kebaikan” . dengan harapan akan datang kebaikan setelah kebaikan yang kita lakukan. Jika tidak untuk orang lain, minimal dimulai dari kebaikan untuk diri sendiri. Harapan akan kebaikan yang akan datang pada kita, Jika tidak hari ini, mungkin nanti. Jika kita mau setia menunggu. Karena Allah selalu bersama orang-orang yang bersabar dan tak pernah patah semangat. Yakinlah. “Waktu adalah kebaikan”, agar setiap amalan tidak dengan helaan napas sesak karena terpaksa. Takut terbunuh atau sengsara lantaran miskin. Tidak. Seluruh amalan akan disertai keikhlasan. Kebaikan yang mengalir terus dengan sejuk dan teduh. Mulai hari ini. Mari tanamkan dalam diri, satu hari untuk satu kebaikan.

Bukan sok tahu, bersikap menggurui atau lebih sempurna dari pembaca sekalian yang budiman. Tulisan ini dibuat agar dapat sama-sama kita menggali kesadaran dalam diri. Tentang waktu yang sudah banyak kita sia-siakan. Kesadaran. Cukup dengan kesadaran saja kita sudah punya satu langkah maju. Mengetahui sedang terjadinya suatu kesalahan. Tinggal bagaimana kita menyiapkan satu misi menuju titik yang lebih baik. Menyadari untuk melakukan satu kebaikan hari ini. Agar hari ini kita bukanlah golongan orang-orang yang merugi.

12 bulan, 365 hari. Sebentar lagi kita akan menyongsong tahun yang baru, dimana bumi sedang menggenapi rotasinya pada matahari. Mari di tahun yang baru, dalam refleksi akhir tahun. Kita dapat mengambil hikmah pelajaran masa lampau. Membawa diri menjadi pribadi yang lebih baik, meningkatkan iman dan taqwa, beramal saleh dan selalu bersabar. Karena waktu selalu menepati janjinya. Satu hari satu kebaikan agar bumi tempat kita berpijak tidak iba melihat kita yang masih saja sama seperti kemarin. Agar bumi, setelah satu tahun perjuangannya mengitari matahari mengantarkan kita meraih cita tidak menjadi sia-sia. Satu hari satu kebaikan agar kita tidak menceritakan kenangan dengan kepala tertunduk, penuh penyesalan, dan rasa bersalah terhadap diri sendiri. Akan tetapi dengan persaan bahagia dan kebanggaan. Semoga. Insha Allah.

“Malam ini, Bumi sedang menggenapi rotasinya pada matahari
Manusai merayakannya dengan berbagai kembang api, warna warni di langit.
Terompet-terompet bertukar bunyi, pemecah sunyi.
2018 tergambar diantara rasi bintang yang mengapit sabit.”

Selamat Tahun Baru 2018


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Pengalaman Nusantara Sehat

Proposal Penelitian dan Penulisan Biografi Abd Syukur Ibrahim Dasi oleh ( Tim Penulis: HM Ali Taher Parasiong, MHR. Shikka Songge, Hassan M. Noer)

LAMAKERA