Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Waktu

Gambar
WAKTU “ Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam  kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan saling  menasihati dalam  kebaikan  dan kesabaran”         (Q.S. Al-Asr, Ayat 1-3). Detak detik menjadi menit, 60 menit menjadi hitungan jam, lalu satu hari berlalu dalam akumulasi 24 jam, 7 hari dalam seminggu. 30 hari dalam sebulan, lalu terhimpun begitu saja menjadi kisah setahun. 12 bulan 365 hari. Sederetan rentetan waktu yang sudah banyak dipahami khalayak. Semua cerita terhimpun didalamnya. Disetiap etapenya. Tentang tawa bahagia dan air mata, tentang cinta dan cita-cita, itu semua kebanggaan dan kenangan. Rentetan keterangan waktu. Hari, bulan dan tahun. Semua itu apa pentingnya bagi kita?. Bahkan waktu sendiripun tak pernah peduli tentang semua itu, ia hanya akan terus menjalankan kodratnya, tak peduli apa yang sedang terjadi. Kesdihan dan kebahagiaan, kegagalan atau keberhasilan, ia (waktu) tak mau tahu. Waktu hanya terus menjalankan tugasnya. Sepe

Veteran Kesehatan

Gambar
Matahari sudah terbit sejam yang lalu. Tapi suasana di sini masih gelap. Sesungguhnya memang sudah pagi sejak satu jam yang lalu, tapi di lembah ini matahari masih saja belum nampak. Hanya siluet semburat kuning dari balik-balik gunung yang terlihat. Matahari sedang bersembunyi di punggungnya. Sebenarnya memang sudah pagi sejak tadi, tapi belum ada riuh keramaian. Wajar. Disini. Tempat dimana sekarang ia berada, tepat dipinggiran Disterik. Sepi. Jauh dari pusat kecamatan yang terpisah satu aliran sungai. Pagi hari ini tanpa hujan, namun dedaunan tetap saja basah, embun menghiasi ditepi-tepinya. Udara terasa dingin. Ia merapatkan jaketnya. Uap keluar setiap menghembuskan nafas, bercampur asap sebatang rokok yang sedang membara di celah jemarinya. Kabut-kabut mengambang di perbukitan, memayungi ladang dan kebun-kebun dibawahnya. Hijau tanaman. Ubi-ubian dan sayuran melimpah. Menyegarkan. Beberapa bulan lagi mungkin akan siap panen. Pagi ini ia sedang duduk

2 Sahabat Pengayuh Becak

Gambar
Koson dan Lombert Panas terik, siang hari di kota wamena, orang –orang berkerumun di perempatan jalan irian menyaksikan perkelahian dua anak muda paruh baya, saling meninju, mengejar, memaki, terjatuh, kemudian kembali bangkit lagi memasang kuda-kuda, dan perkelahian itu kembali berlanjut.  perkelahian ini entah sudah berapa babak berlangsung, tak ada yang tahu siapa wasit yang menjadi hakim  penengah perkelahian satu lawan satu ini . Nyatanya perkelahian siang itu ramai dengan euforia penonton yang penuh sorak sorai memberi dukungan, hanya saja tak ada atribut yang jelas tentang identitas penonton ini, entah dia pendukung siapa, dan yang lainnya mendukung siapa, semuanya begitu asik berteriak, pukul.. pukul... balas,,, pukul lagi. Koson dan Lombert keduanya adalah anak  Lany yang besar di Distrik Makki, mereka berangkat bersama dari kampung halamannya, hendak merantau ke Kota Wamena untuk melanjutkan sekolahnya, kendati orang tua yang tak mampu, serta keadaan keluarga besar y

Sepucuk Surat di 1 Syawal

Gambar
Sepucuk Surat di 1 Syawal Kepada kalian yang telah mengalirkan darah dalam raga ini, Kalian yang terus menjadi pemantik api semangat dalam jalan panjang ini. Kiranya bait ini telah sampai keharibaan, Aku hanya ingin mengabarkan, bahwa aku masih dalam jalan yang selalu kalian tunjukkanku padanya, Aku masih dalam arah yang selalu kalian bimbing aku padanya. Semangat ini masih sama seperti dahulu, masih sama seperti do'a-do'a yang terlisan. Semangat ini masih tentang tegaknya tiang agama, masih tentang kecintaan kepada bangsa, Juga masih tentang kearifan Lewotana. Doakan agar tetap istiqomah. Dalam diam, mungkin bibir ini terlalu kaku, tak pernah bertanya tentang kabar berita, tak pernah bercerita panjang tentang perjalanan ini. Tapi percayalah di setiap sujud terakhirku, ia selalu basah dalam lumat-lumat do'a tentang kalian. Dari puncak pegunungan tengah tanah papua, Kabut dingin pagi hari menyelisik di antara bukit menaungi lembah, Bersama kicauan cendra

Matahari Memang Terbit dari Timur

Gambar
Matahari Memang Terbit dari Timur "Hitam kulit keriting rambut. . "Aku Papua. . "Walau esok hari langit terbelah. . "Aku Papua. . Sejak pertama kali mendapat mandat untuk pengabdian di tanah papua lirik lagu itu selalu mengawang dalam ruang imaji. Lagu yang kemudian populer ketika menjadi sound treck dalam film fenomenal Di Timur Matahari, mulai membuatku dapat menggambarkan tentang kehidupanku nanti. Tekad ini sudah bulat adanya, walau harus terisolir dari candu kenikmatan kota, walau sampai langit terbelahpun amal sederhana ini lebih punya arti. Distrik Makki, Kabupaten Lanny Jaya. Kabupaten hasil pemekaran kabupaten Jaya Wijaya 2009 silam, daerah dengan temperatur suhu pegunungan amat dingin menyengat kulit, siapa yang mengira hingga 2 tahun nanti tempat ini akan menjadi tempatku menjalani segala rutinitas hidup. Dari makan, minum, bangun di pagi hari, bekerja, tidur di malam hari dan kembali bangun di pagi hari lagi. Pun aku tak menyangka bahwa temp

Teriak Merdeka di Tanah Konflik

Gambar
 . . #Teriak Merdeka di Tanah Konflik Tujuh puluh satu tahun yang lalu mungkin orang-orang di seantero negeri banyak bertanya, apakah kemerdekaan republik ini adalah sebuah hasil perjuangan atau hanya berupa hadiah  dari konvoi romusha yang harus menyerah karena bombardir sekutu. Hingga saat inipun mungkin masih banyak yang bertanya tentang hal itu. Kalau mau kita telaah kembali penentangan terhadap kolonialisme sudah dijabarkan oleh pendahulu kita jauh sebelum abad ke 19 Masehi, abad dimana kemerdekaan NKRI diproklamirkan. Tercatat jelas dalam sejarah, perang yang dipimpin pangeran di penogoro terjadi di tahun 1825 dan berakhir pada 1830 Masehi, perlawanan Pattimura di Maluku terjadi pada tahun 1817 Masehi, hingga sampai ikrar sumpah pemuda 28 Oktober 1928 pun masih jauh dari 17 Agustus 1945. Ini adalah bukti perjuangan panjang kemerdekaan yang digagas anak-anak bangsa ini sendiri. Republik Indonesia sudah merdeka, terlepas dari pro kontra kesejahteraan rakyat yang belum mer

Kota Seribu Pura

Gambar
Ramai kendaraan hilir mudik siang ini. Di seberang jalan beberapa laki-laki dewasa dengan udeng putih melingkar di kepala, sedang gigih mengangkat peti mati. Saling menyokong bambu dia atas bahu, sebagai penopang peti yang tadi. Raut wajahnya melukis duka. Mereka sedang berkabung, kehilangan salah satu sanak keluarga tercinta. Rupanya begini adat budaya orang Bali melakukan upacara kematian. Di sini biasa orang menyebutnya dengan ritual Ngaben . Mayat orang meninggal di arak sepanjang jalan, kemudian dibakar untuk menyucikan roh dari jasadnya. Begitulah tutur bang Chogan yang masih ku ingat. 15 Maret 2016. Beberapa hari setelah hening peringatan Nyeppi 9 maret lalu. Kami di hari ke enam tahun baru saka 1938. Pukul 12.00 siang kami di sekitaran Jalan di wilayah Sesetan, Denpasar, Bali. Berenam kami hanya melihat upacara Ngaben di seberang jalan melalui kaca jendela mobil yang kami tumpangi. Saya, Yuni, Edward, Hezan, Ale dan bang Chogan sebagai pengemudi mobil. Hari i

Festival Lembah Baliem Meretas Sejarah

Gambar
Festival Lembah Baliem Meretas Sejarah Berdirinya suatu negeri diawali dengan adat istiadat dan kearifannya masing-masing, waktu yang kemudian akan membawa kearifan ini untuk meniti satu jalan menuju sebuah peradaban baru, jalan yang mulus atau terjal, semua pada akhirnya akan menjadi satu bingkai sejarah, yang kemudian akan selalu di kenang dalam satu peradaban yang baru. Lembah Baliem, hamparan lembah aluvial, hamparan sabana hijau luas di pegunungan Jayawijaya, tepat di titik tengah pulau Papua, bentangan lembah di ketinggian 1500 – 2000 mil di atas permukaan laut, dengan temperatur udara bak di kutub utara, lembah yang terkenal karena diapit pegunungan barat yang terkenal karena puncak-puncak salju abadinya, yakni puncak trikora, puncak yamin, puncak mandala serta puncak kartenz. Tak seorangpun tahu selama berabad-bad bahkan hampir menginjak kemerdekaan indonesia, bahwa di lembah ini ada kehidupan orang-orang asli papua yang hidup dalam isolasi dunia luar, kehidupan trad