Sepucuk Surat di 1 Syawal


Sepucuk Surat di 1 Syawal

Kepada kalian yang telah mengalirkan darah dalam raga ini,
Kalian yang terus menjadi pemantik api semangat dalam jalan panjang ini.

Kiranya bait ini telah sampai keharibaan,
Aku hanya ingin mengabarkan, bahwa aku masih dalam jalan yang selalu kalian tunjukkanku padanya,
Aku masih dalam arah yang selalu kalian bimbing aku padanya.
Semangat ini masih sama seperti dahulu, masih sama seperti do'a-do'a yang terlisan.
Semangat ini masih tentang tegaknya tiang agama,
masih tentang kecintaan kepada bangsa,
Juga masih tentang kearifan Lewotana.
Doakan agar tetap istiqomah.

Dalam diam, mungkin bibir ini terlalu kaku, tak pernah bertanya tentang kabar berita, tak pernah bercerita panjang tentang perjalanan ini. Tapi percayalah di setiap sujud terakhirku, ia selalu basah dalam lumat-lumat do'a tentang kalian.

Dari puncak pegunungan tengah tanah papua,
Kabut dingin pagi hari menyelisik di antara bukit menaungi lembah,
Bersama kicauan cendrawasih di langit jayawijaya,
dengan lantunan takbir dan tahmid yang terus bergema, bersahut, panjang bersatu dalam irama.
Melalui beberapa bait tulisan ini
aku hanya ingin mengakui salah, aku hanya ingin mengakui khilaf,
Dalam sikap serta kata,
Karena melalui tulisan semua rasa lebih melukis nyata,
Maka melalui beberapa bait tulisan ini pula, melalui sepucuk surat di satu syawal ini ku wakilkan seluruh rasa bersalahku juga besarnya permohonan maafku.

Takabbalallah wa minna wa minkum
Minal aidzin wal fa idzin
Mohon maaf lahir dan batin.

Jayawijaya, Kota Wamena.
1 syawal 1437 H
Menyongsong mentari kemenangan 1 syawal 1437 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Pengalaman Nusantara Sehat

Proposal Penelitian dan Penulisan Biografi Abd Syukur Ibrahim Dasi oleh ( Tim Penulis: HM Ali Taher Parasiong, MHR. Shikka Songge, Hassan M. Noer)

LAMAKERA