Anak yang Hilang

Minggu siang saya mengunjungi teman saya di kos-kosan, seperti biasa disana sudah ada beberapa teman lain duduk bersama menikmati kopi hitam sambil bercerita, sebagian besar mereka adalah anak-anak yang lahir di tanah flores, dan merantau ke kota kupang untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

saya tiba memarkirkan tunggangan di depan kosan, ternyata mereka sedang asik bercerita tentang rencana pemekaran provinsi Flores, sambil berusul pendapat di kabupaten manakah yang lebih tepat menjadi ibu kota, masing masing mempromosikan asal daerahnya. Bajawa, Ende, Ruteng, hingga Labuan Bajo, sederetan nama kota di pulau flores yang ada di daftar teratas pembicaraan, bahkan larantuka, kabupaten flores timur yang adalah asal daerah sayapun tak masuk dalam nominasi, saya yang baru sampai mengambil tempat meneguk sedikit kopi hangat yang dihidangkan tak banyak menyambung bicara, hanya mendengarkan dan mebgikuti alurnya. Pembicaraan siang itu memang sudah seperti sidang paripurna yang hanya tinggal menunggu ketukan palu pengesahan saja.

beberapa tahun terakhir memang sedang hangat-hangatnya isu pemekaran flores menjadi provinsi, karena pertimbangan kelayakan dan telah memenuhi kualifikasi, mengambil langkah untuk berdiri sendiri pun menjadi solusi yang di anggap wajar.

Semakin hari berganti, kabar itu bukan hanya isu belaka, kabar tentang pembentukan provinsi flores semakin mencuat ke permukaan, segala kebutuhan mulai di persiapkan, dan aktor yang berada di belakang layar pun muncul. P4F begitulah nama kelembagaan yang menaungi panitia persiapan pembentukan provinsi Flores, tokoh politik flores yang sohorpun ada di dalamnnya.

beberapa langkah lagi flores akan berdiri sendiri, kebanyakan sudah mulai berangan akan kejayaan, jaya dari ekonomi hingga sosial budaya, tentang terbukanya jalan untuk investor berdatangan, tentang lapangan industri yang akan lebih merambah luas, dan lahan kerja yang semakin terjanji, Namun itu semua masih misteri, semoga saja langkah ini tidak gegabah.

Jika kita mau kembali melihat jauh ke belakang, saat Nusa Tenggara Timur belum ada, di mana kita masih dalam bagian provinsi kepulauan sunda kecil, justru generasi floreslah yang menjadi aktor pemekaran dan melahirkan NTT, dan dbawah naungan partai katolik mereka yang keras berkoar tentang sesuatu yang bernama NTT.
Lalu mengapa hari ini memisahkan diri, memang sayang kalau direnungkan.

banyak yang berbicara dalam prokontra tentang provinsi flores,
ada yang bergerutu bahwa dengan adanya provinsi flores, akan mengurangi beban pemerintah daerah dalam mempercepat pembangunan, tidak sepenuhnya seperti itu, karena kalau mau dilihat ntt sedang menunjukkan denyutnya yang semakin cepat dalam pembangunan, dan flores itu lah bukti awalnya, hasil itu yang harus jadi modal untuk dapat menyebar pembangunan ke daerah lainnya di nusa tenggara timur, sebagai mana orang dalam menjalankan usaha, lalu bagaimana itu bisa terwujud, jika modal yang sudah ada hilang begitu saja, dan kita harus mulai dari nol lagi, karena tak bisa di pungkiri selama ini kita tak bisa berjalan maju dengan usaha sendiri-sendiri, kita butuh irama yang sama.

Nusa tenggara timur, di mana seluruh keberagaman ada di dalamnya, dari agama, suku hingga budaya, dan selama ini berjalan maju bersama dengan mesrah dan rukun, ini simbol geopolitik di mata nasional, selama ini kita adalah lokomotif yang betul membawa pancasila, lalu kenapa harus hilang dari puzzle keindonesiaan yang sudah utuh.

Flores di Nusa Tenggara Timur akan jadi anak yang hilang, yang akan lebih disayangkan lagi, tajuk Flobamora yan indah di dengar harus memotong satu suku kata di depannya, dan nyanyian anak SD akan terdengar lucu ". . .bae soonde bae bamora lebe bae, " ini lagu yang salah atau suara yang fals ini. Dalam kurung lucu dan ketawa

Semoga saja ini sudah betul di pertimbangkan dengan matang,
Ini hanya pemikiran awam saya yang seperti angin lalu di antara ketukan palu DPR, dan cukup dulu omong kosong yang dapat beta bagikan.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Pengalaman Nusantara Sehat

Proposal Penelitian dan Penulisan Biografi Abd Syukur Ibrahim Dasi oleh ( Tim Penulis: HM Ali Taher Parasiong, MHR. Shikka Songge, Hassan M. Noer)

LAMAKERA